SURABAYA – Road to East Java Economic (EJAVEC) Forum 2023 yang bertemakan “Mendorong Resiliensi Ekonomi Jawa Timur yang Inklusif dan Berkelanjutan di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Global” dilaksanakan pada Selasa (14/3/2023). Kegiatan yang merupakan kolaborasi antara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, dan Bank Indonesia itu berlangsung secara daring via zoom.
Forum dibuka dengan sambutan dari Budi Hanoto SE MBA. Ia menyebutkan tiga pembahasan utama dalam forum yakni dinamika ekonomi global, optimalisasi kondisi perekonomian, dan solusi strategis pemulihan perekonomian.
“Tahun 2022 menjadi tahun yang menantang. Tapi tahun 2023 menjadi tahun menantang lainnya. Kondisi ekonomi menjadi berdinamika karena adanya ketegangan geopolitik, proteksionisme, gangguan rantai pasokan, dan zero covid policy Tiongkok. Kondisi ini menyebabkan inflasi di Jawa Timur dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonominya, ” tegas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur itu.
Selanjutnya, sesi pematerian pertama dibuka oleh Prof Candra Fajri Ananda SE MSc PhD selaku Staf Khusus Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Regional Kemenkeu RI. Ia menjelaskan tentang pendorongan resiliensi ekonomi Jawa Timur di tengah risiko global.
Guna mendorong resiliensi perekonomian, lanjutnya, beberapa tantangan yang harus diantisipasi meliputi resesi global, penyesuaian pendapatan transfer, tekanan inflasi, ketimpangan, kemiskinan, dan daya saing. “Konsumsi masyarakat masih menjadi mesin ekonomi Indonesia. Oleh karenanya, sektor keuangan harus berhati-hati untuk setiap keputusan investasi, ” ungkapnya.
Sesi pematerian kedua dibawakan oleh Prof Dr Muh Khusaini SE MSi MA, menjelaskan tentang kondisi ekonomi sektoral Jawa Timur. Menurutnya, terdapat enam sektor yang mengalami kenaikan pemulihan ketika krisis pandemi.
Di sisi lain, peranan sektor tradable relatif konstan tetapi kontribusi penyerapan tenaga kerjanya menurun. Oleh sebab itu, peningkatan kapasitas dan kebangkitan sektor harus dilakukan melalui hilirisasi, infrastruktur, digitalisasi, dan reformasi struktural.
“Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, perdagangan, konstruksi, dan industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai daya tahan tinggi. Diharapkan sektor ini mampu menjadi penopang perekonomian Jawa Timur, ” tambah dosen FEB Universitas Brawijaya itu.
Sesi terakhir disampaikan oleh Dr Dionisius Ardiyanto Narjoko selaku Ekonom Senior dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia. Ia memaparkan materi terkait peningkatan peluang investasi regional.
Menurutnya, investasi paling ideal adalah pembangunan urban amenities. Hal ini dikarenakan secondary city berpotensi tumbuh lebih cepat dan kecenderungan dispersi mampu menyebabkan aglomerasi. “Penyebaran penduduk akan lebih merata jika investasi kota ini digiatkan, yang tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan penduduk itu sendiri, ” pungkasnya.
Baca juga:
Alih Status Jadi PTNBH? Ini Syaratnya
|
Penulis: Widiasih Fatmarani
Editor: Nuri Hermawan